Sabtu, 10 Desember 2011

Jangan Takut Dituduh ‘Ujub atau Riya’

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:

Di zaman sekarang sebagian orang dengan beraninya “menjual” pemikiran sesatnya di tengah orang banyak.


Bahkan pemikiran sesat yang dia ‘jual’ terkadang disepakati oleh seluruh kaum muslim, bahkan manusia seluruhya akan kesesatannya!!! Tetapi dia dengan beraninya ‘menjual’ pemikiran sesatnya di tengah orang banyak. Wallahu al musta’an. (hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan).

Berbicara tentang agama seenak perutnya, ayat dipelintir, hadits dihina dsb…

Berbicara tentang agama sekehendaknya tanpa ilmu dari Al Quran dan sunnah…

Menulis tentang perkara agama semaunya tanpa ada rasa takut sama sekali kepada Allah Al Jabbar…

Padahal Allah Ta’ala berfirman:

{وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ } [الأنعام: 93]

Artinya: “Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah". Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”.


{لَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ (116) مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (117)} [النحل: 116 - 711]

Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung”. “(Itu adalah) kesenangan yang sedikit; dan bagi mereka azab yang pedih”. QS. An Nahl: 116-117.

Lihat pedihnya siksa orang-orang yang berkata tentang Allah, agama-Nya, Rasul-Nya… tanpa dasar ilmu yang benar.!!!

Sebagian orang ada yang menghina Allah, menghina Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menghina Al Quran, menghina ajaran-ajaran Islam dengan mudah dan beraninya, dia sadari atau tidak.

Di zaman sekarang sebagian orang dengan lantangnya “menjajakan” pemikiran kafir dan syiriknya di tengah orang banyak.

Bahkan pemikiran kafir dan syirik yang dia ‘jajakan’ terkadang disepakati oleh seluruh kaum muslim bahkan Fir’aun atau Abu Jahal tidak menyebarkan kekafiran dan kesyirikan yang begitu nyata tersebut.

Sebagian orang dengan beraninya mengajak, menyeru jamaahnya untuk beribadah kepada selain Allah, berdoa kepada selain Allah Ta’ala, beristightsah kepada selain Allah Ta’ala.
Tentunya penyebaran-penyebaran kesesatan, kekafiran dan kemusyrikan ini tidak dilakukan secara personal, tetapi bahkan kadang sudah tingkat internasional dan bahkan dilakukan secara terorganisir dan rapi.

Melihat kejadian seperti ini, sudah seharusnya kaum muslim yang senantiasa berpegang teguh kepada Al Quran dan Sunnah Nabi yang shahih berdasarkan pemahaman para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum bersinergi, saling merangkul, jalan bersama, yang kurang dilengkapi, yang sudah merasa lengkap semoga selalu bisa istiqamah dan tetap menerima masukan kawan-kawannya dari kaum muslim yang satu metode beragama dengannya.

Sebagaimana mereka dengan semangatnya, membuat berbagai planning untuk penyebaran kesesatan yang mereka pelopori.

Sebagaimana mereka dengan semangatnya, mengeluarkan sumber daya yang mereka miliki untuk penyebaran kekafiran dan kesyirikan yang mereka anut.

Sebagaimana mereka dengan keteguhannya mengerahkan semua kekuatan dan potensi untuk penyebaran kemusyrikan yang mereka anggap itu bukan sebagai kesyirikan.
Maka, kita juga harus berani tampil tangguh untuk menjual ‘Barang dagangan Allah Ta’ala’ yang sangat mahal ini.

عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ خَافَ أَدْلَجَ وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ »

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang takut, maka hendaknya dia berjalan di awal malam, dan barangsiapa yang berjalan di awal malam maka dia akan sampai kepada yang diinginkan, ingatlah sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal dan ketauhilah bahwa sesungguhnya barang dagangan Allah adalah surga”. HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no 954.

Makna Hadits dari penjelasan Ath Thiby rahimahullah

Ini adalah perumpamaan yang dibuat oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk seseorang yang berjalan menuju kehidupan akhirat (akhirat oriented), maka sesungguhnya syetan ada yang menghadang di jalannya dan hawa nafsu serta angan-angan dusta adalah pembantu-pembantunya (syetan).

Jika dia hati-hati di jalannya dan dan mengikhlaskan niat di dalam amalannya maka dia akan aman dari syetan dan gangguannya dan siapa saja yang memotong jalan dengan sekutu-sekutunya.

Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa menjalani jalan menuju akhirat sulit dan mendapatkannya tidak mudah, tidak di dapat dengan usaha yang ringan (sekedarnya), makanya beliau bersabda: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya barang dagangan Allah”, maksudnya adalah barang-barangnya dari nikmat yang ada di surga”, “mahal”, maksudnya adalah tinggi derajatnya, “Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah adalah surga”, maksudnya harganya adalah amalan yang tetap, yang ditujukkan oleh Firman Allah Ta’ala:

{وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا} [الكهف: 46]

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. QS. AL Kahfi: 46.

Dan juga dengan Firman-Nya:

{إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ } [التوبة: 111]

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. QS. At Taubah: 111. Lihat kitab Tufat Al Ahwadzi.

Kita harus berani menghilangkan segala rasa tawadhu’ semu yang menjadikan seseorang melempem tidak mau mendakwahkan agama Allah yang sempurna ini.

Sebagian orang mengatakan:

“Masih banyak orang-orang yang lebih pinter dari saya, siapa saya?!”.

“Siapa yang mengetahui kemampuan dirinya maka Allah akan merahmati dirinya”.

“Masih banyak yang lebih berkompeten daripada saya”.

Dan lainnya dari pernyataan-pernyataan yang sepertinya indah tetapi karena tidak digunakan tidak pada tempatnya menjadi tawadhu’ semu yang menjadikan seseorang melempem tidak mau, tidak semangat berdakwah.

Jika kita yakin berada di jalan Al Quran dan sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan pemahaman para shahabat radhiyallahu ‘ahum, maka kita harus berani dalam menjajakan syariat Allah, menyebarkannya ditengah kerusakan yang kian meningkat, seberani mereka yang menyebarkan kesesatan, kekafiran dan kemusyrikan tadi, bahkan harus lebih berani daripada mereka karena Allah hanya akan menolong para rasul-Nya dan orang-orang beriman.

{ إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ} [غافر: 51]

Artinya: “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”. QS. Ghafir: 51.

Ayo para Ustadz Ahlus Sunnah… sekarang saatnya menyampaikan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat cocok di semua tempat, waktu dan keadaan, jangan takut Anda dikatakan riya’, ketika Anda sendiri yang ternyata harus mengumumkan kajian Anda, dikarenakan tidak ada yang menolong Anda.

Ayo para Ahli Dakwah Ahlus Sunnah…sekarang saatnya menyampaikan agama Allah yang sempurna ini dengan dalil-dalinya, jangan takut dikatakan ‘ujub jika Anda sendiri yang tenyata harus mengumumkan kajian Anda jika tidak ada yang menolong Anda.
Ayo Kaum muslim, bergembira dan bersyukurlah ketika Anda ditakdirkan oleh Allah Ta’ala untuk berperan dengan semampunya, sebisanya dalam menyampaikan agama Allah Ta’ala beserta dalil-dalilnya, sungguh Anda adalah orang yang dipilih Allah ta’ala, karena tidak semua mempunyai kesempatan dan berkesempatan.

Tentunya…!!!

Tetap dengan menjaga hati dan niat atas amalan yang diperbuat, yaitu hanya berharap wajah dan pahala Allah semata, karena inilah yang merupakan syarat utama diterima amal dan dakwah kita oleh Allah Ta’ala.

Jangan ingin dilihat kecuali oleh Allah dan jangan ingin diberikan sanjungan dan pujian apapun kecuali dari Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala menceritakan tentang orang yang bersedekah:

{إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا} [الإنسان: 9]

Artinya: “Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih”. QS. Al Insan: 9.


*) Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar